Sejarah Perkembangan Batik
Ditinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal
sejak jaman Majapahit dan masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya
dibuat terbatas oleh kalangan keraton. Batik dikenakan oleh raja dan keluarga
serta pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah kemudian batik dibawa keluar
keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini. Berdasarkan sejarahnya,
periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
Jaman Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sejarah perkembangannya, batik telah
berkembang sejak jaman Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit
dimana batik telah dikenal pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa
Timur yang juga tercatat dalam sejarah perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung
masih berupa rawa-rawa yang dikenal dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit hingga
terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit. Adipati Kalang
tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung berhasil
dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah
Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang
mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung
banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran
Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri ke arah timur di
daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas batik Kalangbret dari Mojokerto hampir
sama dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat
muda dan biru tua.
Jaman Penyebaran Islam
Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan
Majapahit membawa ajaran Islam ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan
Islam di Ponorogo terdapat sebuah pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan Basri adalah menantu
raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih terbatas dalam lingkungan kraton
akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan berkembang di Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang
kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah
daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman,
Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok,
Banyudono dan Ngunut.
Batik Solo dan Yogyakarta
Batik di daerah Yogyakarta
dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada masa raja Panembahan Senopati.
Plered merupakan desa pembatikan pertama. Proses pembuatan batik pada masa itu
masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton dan dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi kerajaan,
keluarga kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat pakaian yang
dikenakan keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batikan
keluar dari tembok kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.
Ketika masa penjajahan Belanda,
dimana sering terjadi peperangan yang menyebabkan keluarga kerajaan yang
mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain seperti Banyumas, Pekalongan, dan
ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya maka membuat batik semakin
dikenal di kalangan luas.
Batik di Wilayah Lain
Perkembangan batik di Banyumas
berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830 setelah perang Diponegoro, batik
dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro yang sebagian besar menetap
di daerah Banyumas. Batik Banyumas dikenal dengan motif dan warna khusus dan
dikenal dengan batik Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut Pangeran Diponegoro
juga ada yang menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik di daerah Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Selain di daerah Jawa Tengah,
batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini terjadi karena masyarakat dari
Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis dan Tasikmalaya. Daerah pembatikan
di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja dan Manonjaya. Di daerah
Cirebon batik mulai berkembang dari keraton dan mempunyai ciri khas tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar